Minggu, 13 Juni 2010

TEATER penyegar jiwa

Seorang aktivis teater haruslah orang yang pernah berperan sebagai pemain teater. Seorang aktivis teater tidak harus selamanya menjadi pemain. Layaknya Jose Mourinho yang memutuskan berhenti bermain bola di usia muda dan mendedikasikan diri menjadi pelatih, begitu pulalah seorang aktivis teater.

Silahkan anda menjadi pemain, berlatih fisik dan suara. Observasi sana dan sini, mengolah raga dan jiwa.

Silahkan anda menjadi sutradara. Meneliti naskah, melakukan observasi, menilai karakter pemain, dan akhirnya melatih para pemain agar sesuai dengan alur yang telah dibuat.

Silahkan anda menjadi penata penggung atau peƱata music. Dalami sket panggung atau keharmonisan nada-nada. Ciptakan nada dan dekorasi yang sesuai alur cerita.

Silahkan anda menjadi manajer. Urus gedung dan konsumsi pemain. Buat pamflet dan cari sponsor. Siapkan pasukan penerima tamu serta bayar peminjaman alat dan kostum.

Apapun fungsi dan tugas anda dalam teater, anda menemukan hal yang sama, yaitu JIWA KEINDAHAN. Ada keindahan dalam tema cinta, ada pula dalam amarah dan benci. Ada keindahan dalam tata lampu dan musik, juga dalam cemooh dan tepuk tangan penonton.
Hal yang sama inilah yang membangun sebuah kenangan tak terlupakan dari hobi yang luar biasa ini. Terserah, apakah mau dijadikan sumber pendapatan (seperti teman saya Faisal Alex yang melatih sekitar 20 teater sekolah) atau menjadi hobi dan saluran reuni.

Ada kesehatan raga saat melatih atau berlatih. Ada kebugaran jiwa saat berinteraksi dengan bagian yang manapun.

Segarkan raga, segarkan jiwa.

(dari perbincangan di FRESHGREENCLUB – Radio Metro, 12 Juni 2010)

Tidak ada komentar: